Bismillah
Selayang Pandang Almarhum
Ustad Santono Abu Ammar
"Dan tiada Ku-ciptakan jin dan manusia kecuali untuk
mengabdi-Ku." Firman Allah Swt.
Mengabdi-Ku yakni mengenal-Ku. Begitu menurut sabda para manusia suci as dan
keterangan para ulama. Karena itulah antara lain kenapa orang alim berbeda
dengan orang biasa. Apalagi jika itu ilmu utama yang dikaruniakan kepadanya. "Niscaya
Allah mengangkat orang-orang yang beriman dari kalian, dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat." (QS. Al-Mujadalah [58]: 8).
Dengan meneladani akhlak Allah Swt yang mengangkat
derajat orang alim, di sini saya ingin mengungkapkan sekilas tentang sosok
Almarhum Ustadz Hasantono atau yang lebih akrab kita
kenal dengan sebutan "Abu Ammar" sejauh kebersamaan kami dan jangkauan pengetahuan saya
tentang sisi-sisi kehidupan beliau yang bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.
Beliau
dilahirkan di kota bondwoso pada tanggal 17/02/1962 dari keluarga sederhana
namun taat dalam beragama. Semasa kecilnya ustadz hidup dengan penuh kasih
sayang kedua orang tuanya namun hal itu tidak membuatnya terlena. Oleh karena
itu setelah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar ustadz masuk sekolah tehnik ST
jurusan mesin yang kemudian dilanjutkan ke STM jurusan listrik dengan tujuan
ingin segera meringankan beban orang tuanya.
Beliau
selain sosok yang penuh tanggung jawab juga seorang pencari kebenaran sejati. Hal
ini dibuktikannya sejak masa mudanya. Berangkat dari latar belakang Nahdhatul
ulama, beliau memulai pencarian dengan memasuki dunia tirakat~sufi, setelah
menggelutinya cukup dalam beliau tergugah oleh doktrin-doktrin salafi yang menunjukkan bahwa tirakat yang
selama ini beliau selami ternyata mengandung kesyirikan. Semangatnya mencari
kebenaran menyelamatkan beliau dari ketergantungan kepada tirakat. Beliau
tinggalkan tirakat yang menurutnya mengandung kesyirikan itu dan berusaha
mendalami Tauhid sambil menjadi aktivis Al-Furqon Jember di bawah binaan
Almarhum Ustadz Asmawi.
Dan ikut kegiatan Ikhwanul muslimin yang sebenarnya yaitu persatuan ummat Islam
yang tidak memandang madzhab kala itu dibawah binaan ustadz Husein al Habsyi.
Setelah
ledakan cahaya revolusi Islam di Iran yang dipimpin oleh imam Khumaini ra,
semangat mencari kebenarannya kembali menyelamatkannya dari ketergantungan
kepada ajaran~ajaran salafi. Beliau ditempatkan pada dua pilihan antara
melanjutkan kuliah di IAIN JEMBER dan belajar dihauzah Qom dan beliau memilih
untuk ke hauzah. Setelah di hauzah ilmiah Qom Iran, bisa dikatakan tiap hari
selama berbulan~bulan mengadakan dialog dan berdiskusi dengan para guru besar
saat itu tentang kebenaran Ahlusunnah dan Syiah akan tetapi argumen~argumennya
dengan sangat mudahnya bisa dipatahkan. Setelah berdialog dan berkusi selama enam
bulan akhirnya beliau menerima kebenaran Syiah dan keluar dari keyakinan Salafi.
Setelah
mengarungi samudra ilmu Ahlul Bait, beliau berhadapan dengan permasalahan~permasalahan
yang tidak mudah dipecahkan oleh karena itu almarhum.menggeluti ilmu~ilmu
pemikiran fundamental khususnya teologi dan filsafat. Setelah belajar kurang
lebih lima tahun beliau menerbitkan buku perdananya yang berjudul AKIDAH SYI'AH
SERI TAUHID. Jenjang demi jenjang beliau lalui dengan semangat yang luar biasa
mulai dari ilmu Logika, Filsafat, Bidayatul hikmah sampai Fususul hikam. Dan
beliau adalah salah satu murid khususnya Ayatullah Jawadi Amoli di kelas Asfar
(Hikmatul Muta'aliyah).
Setelah
semua ilmu akli beliau tempuh, sesuai rencana awal beliau hendak pulang untuk
mengabdikan diri di tanah air. Akan tetapi beliau dihadapkan pada fakta akan kebutuhan darurat masyarakat kepada mujtahid di bidang
ilmu-ilmu amaliah terutama fikih Islam. Sebelumnya beliau berharap kebutuhan
itu bisa dipenuhi oleh santri-santri lain yang membidangi jurusan itu. Tapi
karena berbagai faktor, kebutuhan itu belum terpenuhi.
Berdasarkan "asas bertindak sesuai taklif",
beliau rela menunda kepulangan untuk menekuni ilmu-ilmu amaliah sambil berbagi
ilmu melalui media jarak jauh. Tidak kenal lelah, siang-malam dan dengan
kerinduan yang mendalam beliau menapaki satu demi satu tangga ilmu menuju
ijtihad. Di pelajaran Usul Fiqih Pada mulanya Beliau
berguru kepada ayatullah Bagir Irawani namun tak lama kemudian sang guru pindah
ke Najaf lalu almarhum pindah berguru ke ayatullah Mahammad Sanad, tak lama
beliaupun pindah ke Najaf setelah itu dari bab Istishab sampai akhir beliau
beeguru ke ayatullah Wahid Khurasani dan dari bab pertama sampai bab istishab
beliau berguru pada ayatullah Khatami. Dan Fikih berdalilnya beliau berguru ke
ayatullah Bahjad, setelah ayatullah Menurut almarhum setidaknya ijtihad
parsial sudah tercapai dan untuk sementara cukup untuk menutupi sebagian dari
kebutuhan dan kekosongan mujtahid di tanah air. Apalagi kecintaan terhadap Pemimpin Revolusi Islam Imam
Khumaini ra masih membuatnya ingin tetap berada di barisan mukalid beliau.
Cinta
ilmu dan semangat mencari kebenaran tidak
pernah meredup dan terus
membara di dalam diri beliau. Cinta yang sejati. Bukan hanya untuk diri
sendiri, bahkan beliau berusaha menyemikan cinta itu di hati santri-santri yang
lain dan mendorong mereka untuk belajar sampai menjadi ahli atau mujtahid.
Kadang-kadang beliau sampai memotivasi santri-santri muda dengan insentif
finansial. Hal itu beliau lakukan mungkin atas dasar "Kallimin nasa
'ala qodri 'uqulihim" dan kondisi mereka yang kadang masih terasa
memberatkan. Bukan karena uang patut jadi motivasi untuk menuntut ilmu. Tidak
sekali-dua kali beliau mencegah orang lain dari putus belajar di tengah jalan
dan menanggulangi kendala-kendala yang mereka hadapi.
Di samping menuntut ilmu, beliau gigih sekali berdakwah
dan berbagi ilmu. Sejak tahun-tahun delapan puluhan, beliau bertablig seperti
tabib keliling. Tidak menunggu orang lain datang, beliau sendiri yang keliling
mendatangi mereka di daerah mana pun di Nusantara; kota, desa, pelosok, bahkan
sampai ke negeri jiran dan Iran. Kesulitan, kekurangan fasilitas, bahkan
ancaman musuh tidak bisa menghalangi kegiatan dakwah beliau. Taklif belajar
intensif lagi di Hauzah Ilmiah Qom juga tidak membuat beliau berhenti dakwah. Beliau
update media dakwah sesuai perkembangan zaman. Beliau fasilitasi diri
dengan perangkat IT canggih yang memudahkan untuk tablig jarak jauh. Twrkadang
beliau sampai ketiduran di depan komputer. Dan nyaris
saja salah satu kamar rumah beliau, beliau ubah jadi studio rekaman suara dan gambar, tapi
karena satu dan dua alasan hal itu tidak memungkinkan.
Tablig keliling dunia maya ini lumayan melipur kesedihan
beliau yang belum bisa tablig keliling dunia nyata karena harus menempuh
jenjang ijtihad. Banyak sekali orang yang mendapat petunjuk, pelajaran
dan tanya jawab dengan beliau. Setidaknya, hal itu bisa diketahui dari sekitar
600 follower life streaming prosesi tasyik jenazah beliau di instagram
HPI Iran.
Di antara karakteristik beliau yang menonjol dalam proses
belajar, mengajar, dan dakwah kebenaran adalah ketegasan pandang dan ketahanan
kritik. Kapan pun beliau melihat terjadi kesalahan atau penyimpangan, beliau
secara tegas menyampaikan pandangan yang menurut beliau benar kepada
pihak-pihak terkait. Jangankan kritik, caci-maki dan umpatan pun tidak membuat
raut wajah beliau merah atau kesal. Bahkan tidak jarang malah beliau mendoakan
pelakunya di waktu shalat malam.
Banyak agenda pendidikan, tablig, kebudayaan, dan bakti
sosial yang beliau rencanakan untuk tanah air, bahkan beliau telah melakukan
persiapan-persiapan nyata untuk itu. Tapi ajal lebih dulu menjemput beliau. Dan
betapa banyak orang alim dan baik yang cepat dipanggil Tuhan.
NB : Selayang pandang ini bukan dari penulis melainkan dari sumber yang terpercaya yang tentunya orang yg sangat mengenal Ustad Hasan Abu Ammar
Ilahi Amin.. Allahumma sholli ala Muhammad wa Aali Muhammad..
BalasHapus